Saturday, July 24, 2010

Jalan Santai Bersama Monyet

Setelah beberapa kali melepas peserta akupun tergoda untuk mencoba jalur jalan santai yang berjarak 1,4 km bersama Karris, Enny, Djendro dan keluarga. Udara lebih sejuk dan segar dibanding saat survey yang kami lakukan tengah hari. Cahaya matahari yang memaksa menembus rimbunnya hutan wisata menambah eksotika pagi, bisa bikin ngeces!, apalagi sambil menyeruput kopi hangat.
Green Fielday SMA 8 di Buperta by Julianto Soeroso
“Ih, bagus banget pohonnya, mustinya main musiknya di atas pohon ini”, terdengar komentar peserta saat aku tunjukan lokasi musik pohon, kendala teknik yang menyebabkan plan B bicara.

Hampir sepertiga perjalanan ketika anak-anak Radit mengarahkan, “Anak-anak lewat sini, orang tua lewat sana”.
Green Fielday SMA 8 di Buperta by Julianto Soeroso
Di titik ini anak-anak dipisahkan dari orang tua, mereka mengikuti lajur yang dibatasi tali rafia untuk bermainan alang-rintang yang harus dilalui untuk bisa bertemu orang tua mereka di Rumah Kuning. Ada jungkat-jungkit, bergelantungan seperti Tarzan, jembatan goyang, menerobos kawat berduri. Saking serunya ada yang mencobanya berulang-ulang, melihatnya aja seru apalagi yang melakukan. Acaranya bernuansa petualangan, penengnya Expa. Berikutnya mereka membersihkan sampah dengan dibekali kantong plastik berukuran besar. Ayo jangan membuang sampah sembarangan, malu dong sama anak kecil!.
smandel by Antonius Bogelle Adhi



  • Ines Indrati, Ini kaos atawa daster ya mah? .., 25 July at 20:22 · 
    Rosita Tagor, Belum bisa protes, ayuk aja dipakein kaos kebesaran..,25 July at 20:26 · 
    Didot Mpu Diantoro, kedodoran jadinya aku kedodoran ..., 25 July at 21:14 
Rumah Kuning, sarana edukasi lingkungan dengan mentor yang paling dekat dengan anak-anak, siapa lagi kalau bukan orang tua mereka sendiri. Di pos ini Keong, bukan jenis keong racun, Patudi, Ajay, Lia, dkk yang ambil bagian, sementara Kebo, Jubed, Kimung menjaga keamanan.

Tak lama melanjutkan perjalanan kami bertemu dengan ibu berjilbab berjalan sendirian, kalau melihat telapak kakinya yang melekat di tanah bisa dipastikan bahwa beliau manusia sunguhan. Gaya sok akrab keluar untuk berbual dengan ibu Nurul, 68 tahun, seorang ibu Smandelers yang mengikuti bazar, orangnya asyik sehingga tak terasa kami sudah di bibir hutan. Tadi si ibu mempersilahkan kami menyusul, kalau kami turuti bukan jalan santai namanya tetapi jalan kebut-kebutan.

Hutan buatan ini ditata sehingga mirip dengan hutan alami, tidak hanya floranya, fauna berupa primata juga ada, seperti monyet-monyet yang memperhatikan kami berjalan santai.
“Eh, jangan marah! Maksud aku tuh bukan kamu ………, tapi monyet beneran.”

No comments: