Saturday, June 28, 2008

Sunday, June 8, 2008

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-7


Lintas Pedesaan Alumni 8 diakhir dengan acara (bener-bener) wisata kuliner, tempat yang kami kunjungi rumah makan Sunda - de Leiut - Bogor, dengan makanan yang patut dicoba nasi oncom, sedang minumannya es pala.

Becanda, pasti, itu trade-mark kami.
the P : Suka kambing nggak? mampir deh ke Hasan Kumis enak banget, kapan aja bisa dateng, namanya juga warung 24 jam.
the O : Lama dong ......... 24 jam gitu lho!!!!!
the P : Makanya pesen sehari sebelumnya, jadi begitu dateng langsung tersedia.

Kali ini suami the PP yang mulai, dia bilang udah pernah ngerasain daging kuda belum? Waela enak bener.
the P : Kalau kudanya sering narik andong nggak enak dong, dagingnya keras.
the O : Jangan cari kuda yang ikut fitness, cari kuda yang bencong dong!
the I : Sekalian aja cari kuda bencong dan yang kerja di salon ..........!!!!

Sampai ketemu di acara Lintas Pedesaan Alumni 8 berikutnya

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-6

Air terjun cantik di desa Bojong Koneng kini memiliki nama, Cibereum Filial predikatnya.

Perjalanan berikutnya ke Cibereum Pusat jalan 30 menit dari Cibodas, lebih cantik, lebih bersejarah karena sambil meraya HUT SMANDEL ke-50 (1 Agustus 1958-2008), SMANDEL PAS 50 judul acaranya. Setelah itu yang mau terus ke G. Gede silahkan, mau pulang ke Jakarat tidak dilarang, mau nongrong di Cibodas juga boleh.

Idom 87 siap menjadi pemimpin rombongan yang sampe Cibereum terus pulang, dia bersama istri dan G2.

Kita berangkat bareng naik bis dari SMA 8, jam 6 paling lambat. Siap siap dech!
Pendaftaran? Reply email ini aja paling gampang.

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-5


Senang sekali mendengar bahwa Dani (berdiri berkaos putih diantara aku dan Endang), putra sang sahabat, Alm Danar, ingin turut berpatisipasi menyukseskan SMANDEL PAS 50, 1-2 Agustus di G. Gede. Seolah berhadapan dengan Sang Sahabat ketika menatapnya.



Dani dan Daven (berdiri di depan Dani) bergembira bersama kami semua, walau Sang Sahabat sudah tidak bersama. Semoga kata sahabat tidak didapati hanya di Lintas Pedesaan Alumni 8 dan EXPA semata, semoga kata sahabat mengakar pula di IA-SMANDEL yang dirintis almarhum, kata sahabat dalam arti sesungguhnya.



Dani, jadilah selayaknya Gindarto “Macan Gunung” Danardono yang tak gampang menyerah. Seperti ketegaran dan ketenangan Almarhum saat mengetahui telah mengidap kanker Paru-paru stadium 4, sebab kamu sekarang adalah tumpuan asa bagi Ibu dan adik-adik. Sedang, masa depan masih jauh terentang.


Dani, Daven, dan Naya (juga mbak Nita, isteri tercinta Danar)...

Sungguh dalam menulis ini kami masih merasa sangat berduka. Serasa dia masih ada. Waktu memang kelewat singkat, tapi hidup tidak berarti kejam. Jalannya telah digariskan oleh Allah SWT. Kita hanya tinggal menjalaninya saja. Seperti gemericik air di sungai Gede-Pangrango, tempat Danar biasa mengambil persediaan air bersih- jernih untuk kita semua.

Tulisan ini sama sekali tidak akan mungkin menggantikan ayah tercinta kalian. Cuma sekedar cara kami untuk mempersembahkan kenangan kepada seorang sahabat terbaik yang pernah ada. Ketulusan ucapannya selalu disertai kesungguhan tindakan.


Yakin kami sekarang... Danar sedang tersenyum dalam pelukanNya. Seyakin kami pula bahwa dia, si Macan Gunung, akan selalu ada di hati kita semua. Dikejar Macan Gunung



Tulisan ini kami persembahkan untuk mengenang 100 hari wafatnya Sang Sahabat Gindarto "Macan Gunung" Danardono.

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-4


Tanpa dikomandoi G2 bermain dan berenang di air terjun, memang peraturan kami begitu, semuanya subyek tidak ada obyek, semuanya pelaku ......... pelaku keceriaan Lintas Pedesaan Alumni 8.

Kamipun memilih nama untuk air terjun yang cantik ini, sambil merasakan kesejukan airnya, secara aklamasi terpilihlah sebuah nama, secantik air terjun itu. Mau tau? Ikuti terus sampai edisi terakhir.

Perbekalan dibuka, Nusron G2 menawaran kepada kami, terlihat kue kering incaran Endang, diapun mendapatkannya. Euenaaaaaak bener. Keceriaannya bertambah seolah dendam kesumat terbalas sudah.

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-3

Sekondan gue nulis yaasiin dan obituari Danar "Dikejar macan gunung" mulai nggak tahan, sebagai temen tulisan the S gue cantumin disini.

Muanteppp! Tapi the O boong, dari jauh aja dah keliatan punggung Ical yg paling gede! Pake kaus garis2, kayak kueh lapis legit.

Salam,
NB: di perjalanan gw jg bbrp kali terima sms laporan pandangan mata Ical, keluarga sapa aje yang udeh dateng ke Markas dari pagi ampe siang itu. Tapi kagak gw jawab, namanya juga pejer....

8 Juni 2008
G. Pancar 15:20

Sebelum gue lanjutin, gue mau mengucapkan terima kasih buat Vini yang menyumbangkan fotonya untuk diposting. Terima kasih banyak ya, Vin!

Medan menuju air terjun tidaklah berat, melalui pematang, menyebrangi aliran irigasi dan empang, jalannya kadang tanah kadang bebatuan, sesekali aku hampir terpeleset (he he he nulis aku, nggak pantes ach!), latihan keseimbang seolah sedang berlangsung sehingga memancing the PP untuk berkata "Sepatu untuk jalan di mol elo pake kesini"

Anak anak bergembira semua, termasuk perempuan turunan Pipi yang pertama, berkacamata, mirip banget dengan emaknya seolah the PP kalau dibonsai. Dia kadang melompat lompat dari batu ke batu, sempet kawatir juga, bukan, bukan takut jatoh tapi tapi takut gedenya jadi bajing luncat.

Jadi inget waktu turun gunung dulu, temen gue bilang, daripada jalan mendingan lalumpatan. Gue yang nggak ngerti bahasa Sunda mikir, jalan aja susah apalagi pake lompat lompatan.

Tadinya sih gue punya penerjemah yang bisa bahasa daerah, bahasa asing dan mungkin bahasa binatang dan bahasa kalbu, tapi sekarang udah nggak pernah nelpon, hari gini hemat pulsa kali ya, atau ..... honor yang gue kasih kurang x ya.

Kok Endang nggak keliatan, rupanya dia dan Vini sibuk berfoto ria.


Ada Vini, ada foto
Ada Endang, ada keceriaan
Ada Nusron, ada perlengkapan
Ada Pame, ............. ada dech!

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-2

8 Juni 2008, Sentul 15:00

Celana panjang jeans gue berganti dengan celana pendek, sepatu sandalpun berganti dengan sepatu karet. Siap-siap berangkat deh. Lah kok sepeda the P alias Pame malah dilipet.

Lima mobilpun berangkat menuju sasaran, gue ikutan mobil Sulis, bareng Nusron dan anak-anak mereka selain bersama Rian.

Spanduk buatan Didot tidak boleh dilupakan, rencananya akan ada penanda-tangan di spanduk tersebut di lokasi air terjun, cuma spidol yang nggak terbawa karena memang belum ada.

Mampir di warung, waktu turun dititipin Rian uang 5 ribu untuk beli aqua botol 2 buah, maaf mungkin lebih tepat aqua botol 2 botol. Beli spidolnya satu tapi nunggu kembaliannya lamaaaaaaaaaaaaaaaaa amat.

Masuk mobil gue bilang ke Rian, uang elo nggak laku disini. Sulis ngocol "Men, elo main tawar tawaran ya beli aquanya, lama amat"

Empat mobil di depan sudah nggak keliatan, akibatnya sempat nyasar ke tempat pemancingan. Dari kejahuan terlihat air terjun, pasti itu, tapi kok nggak ngeliat 4 mobil parkir. Malu bertanya sesat di jalan, kebanyakan nanya malah membingungkan (elo maunya gue nulis kebanyakan nanya malu maluin ya?).

Kesimpulan akhirnya parkir berdampingan dengan mobil Endang, Ical, Danar dan Pipi. Setelah itu kamipun menyusuri jalan setapak menuju air terjun, Lintas Pedesaan pun dimulai, atau mulainya sejak tadi waktu naik mobil. Jangan takut kesasar karena guide-guide kecil kampung sini siap mengantar.



Punggung Pame dan Pipi dikejauhanpun terlihat, secara the O mereka gue panggilnya the P dan the PP. Lha kok punggung Pame dan Pipi yang perhatiin bukannya air terjunnya? Sedang punggung Ical tidak terlihat karena ternyata Ical memang nggak punya punggung.

Lintas Pedesaan Gunung Pancar, Catatan ke-1

8 Juni 2008, Sentul pagi hari...

Hadiah pegel dari jalan sehat alumni PPM baru aja gue terima pagi harinya, hadiah tambahan pegel dari gunung Pancar pun siap menanti. Keinginan anak-anak ikut ke gunung Pancar nggak bisa terpenuhi gara gara ada acara keluarga istri. Jadi gue sendirian deh, nggak kayak jalan sehat rame rame.

Gue kayak supir bis antar kota antar propinsi hari ini, Bekasi Jabar, Menteng Jakarta, Bekasi lagi, Bintaro, Sentul Jabar, mungkin sebelum pulang ke Bekasi ke Bintaro dulu.
Sms Ical berkali kali gue terima melaporkan siapa aja yang dateng, kali ini "Yg udah dtg: pam+anak, mbong, gopang, kebo, nvsron+anak, danu, dewi+anak, duloh, kel. danar, kel ragil. kel pipi 86".

Lagi di jalan tol Gunung Putri si hape berbunyi sambil memunculkan nama Vini Zainal, panggilan khas dan merdunya pun terdengar "Om" , jangan curiga dulu, bukan karena manggil gue om senang atau sejenisnya tapi Om kependekan dari Omen."Om dimana? tungguin dong, Vini sama Endang baru masuk tol""Endang? bukannya Endang sakit?" pantes dong gue heran, sehari sebelumnya jawaban sms gue nggak dijawab setelah gue nerima pesan singkat, Men .. gue sakit, gue sempet coba cari tahu karena gue merasa bersalah banget waktu dia di rumah sakit gue nggak sempet bezoek."Kita berdua lagi sakit, tapi demi dikau kita ikutan ke gunung Pancar"Dipikiran gue "Andai semua teman seperti mereka ........"

Waktu nunggu di Stopan Sentul, Ical telpon bilang kalau gue ditungguin temen temen, gue bilang aja gue lagi jadi sweeper, menyapu Vini dan Endang, tapi kali ini nyapunya make mobil. Nggak papa kan?.

Di rumah Ical, gue makan kue yang enak banget ditawarin the P, Endang ngelihat kepingin juga dia romannya. Diantara banyak kue dia cari kue yang sama dengan yang barusan gue makan, nggak nemu pasti, soalnya yang gue makan yang terakhir, sedih juga ngeliatnya.

Acara Lintas Pedesaan Alumni 8 ini memang untuk persiapan naik gunung Gede SMANDEL PAS 50, sekaligus mengajak G2 (baca: anak-anak) mencintai alam, di foto terlihat Sulis + anak, kel. Pipi, Danu Dewi + anak, kel. Ragil, Dani + Daven anak alm. Danar, Nusron + anak, Endang (berdiri ketiga dari kiri) dan anaknya Vini (berkaos hitam paling kanan)

Mumpung ada fotonya gue kenalin sekalian nama gunung temen temen gue. Bluek berdiri no 2, karena kulitnya hitam dan menghitamkan, kalau mau bikin rawon celupin aja jarinya langsung item deh itu rawon.

Ragil enam dari kiri berkaos putih, jangan panggil nama panjangnya karena Ragil berasal dari oRAng GILa (julukan dari alm. Danar). Konon duduk 6 dari kiri baju coklat, baca namanya harus dari kiri ke kanan, tapi nama aslinya sih dari kanan ke kiri (julukan dari alm. Danar)

Gue yang paling keren berdiri paling kiri, dipanggil Omen karena nyebut nama asli gue banyak yang salah ada yang bilang tjormen, Chorment nggak pake t, Cormen pake h, ribet deh, yang ngasih nama temen temen 2 IPA 8

Friday, June 6, 2008

Di kampung gue bukan email namanya

Omongan ringan untuk jogging bareng, naik sepeda bareng atau naik mobil bareng ke Gunung Pancar akhirnya menjadi rencana yang serius. Awalnya mau jogging bareng di Senayan atawa Menteng, tapi kata Ical kalo di Jakarta bukan jogging namanya tapi nyari polusi, bener juga ya?, jadi deh kita pindah ke G. Pancar.
Yang mau gabung ternyata banyak juga, dibandingin naik gunung Gede, jalan ke air terjun dan air panas G. Pancar mah termasuk cetek, itung itung persiapan naik gunung santai SMANDEL PAS 50, 1-2 Agustus 2008 (SMANDEL lahirnya 1 Agustus 1958 bo!).

Komandan ke G. Pancar Ical, Komandan persiapan SMANDEL PAS 50 Sulis, Komandan berendem bareng Endang, Komandan (bener bener) wisata kuliner Pamela. Email emailanpun berlangsung "acara hari Minggu" judulnya.
Kadang kadang servernya Sulis ngadat bisa terima email tapi nggak bisa bales, karena nggak bisa ngimel Sulispun ngirim sms seperti ini: Cal, gw bc email lo, tp utk bls lg ga bs. Klo gw nurut aje ape kta tmn2, utk brp bj org yg dtg Chormen lbh tau kl ye. Tx. Sls. Cc: the O.
Mungkin syarat jadi anak EXPA harus ngocol, jawaban Ical begini: Itu kalo dikampung gue bukan email namanya, tapi disebutnya pager.

Thursday, May 22, 2008

Endang menulis

Hi Frenz...
Gue daftar ikutan ke Gunung Pancar.
Abis jogging kita berendem yeeeeee....

Gue yang abis keluar dari RS, baru aja dari sana....
Maksudnya sih pengen hydrotherapy...
Asli lho... berasa banget enaknya.

Jalanannya udah bagus ya Cal...
Dibanding gue terakhir ke sana tahun 2006 bareng Alm. Yogi
Men... Lumayan juga nih buat latihan fisik persiapan naik gunung.
Sekalian jajal jantung....
Nggak usah panjang rencana... langsung berangkat aja yuk....