Saturday, July 24, 2010

Smoke on the Water

Aku berharap mendapat informasi acara secara lengkap dari buku Smandel Green Festival yang aku terima saat pendaftaran, sayang tidak ada informasi secuilpun mengenai panggung hiburan yang aku peroleh dari buku itu.

Acara hiburannya sendiri  bisa dibilang agak monoton yang diisi dengan musik dan musik, untung kepiawaian Krisna yang bertugas sebagai emsi menjadi hiburan tersendiri. Nugi dari angkatan 91 mengawali acara, dilanjutkan dengan angkatan 80 menyenandungkan lagu Koes plus, lantas Omloy dan kawan-kawan ngebitel alias menyanyikan lagu Beatles, ada juga Spectra setelah aku pulang jadi aku nggak tahu aliran musiknya yang pasti bukan aliran sesat.

Greget acara datang dari Doddy Katamsi, rocker bertubuh gempal, yang iringi oleh Idrus ’80, Ichas ’87 dkk, musik dengan genre classic rock, “Genre classic rock itu .......  pokoknya yang musiknya berisik banget deh!” Doddy menjelaskan.

 Lagu pertama mereka dari grup musik Bedil karo Kembang Mawar kalau diartikan ke dalam bahasa Jawa, Guns n Roses dalam bahasa aslinya, menjadi magnet untuk membuat Smandelers bergoyang di depan panggung, asyik banget memperhatikan interaksi pemusik dan penonton.

Pilihan lagu yang mereka mainkan oks banget membuat kakiku nggak berhenti bergoyang sampai akhirnya aku dikejutkan dengan kalimat yang keluar dari mulut Doddy, “sebagai persembahan terakhir ... Smoke on the Water dari Deep Purple”.
Ah, sudah hampir tuntas!. Mumpung masih sempat aku beranjak ke depan panggung bergabung dengan rockers lintas angkatan sambil sesekali bersenandung .... smoke on the water ...., karena cuma itu yang aku hafal. Asyik banget! Kalau sudah begini lupa umur, lupa utang.

Teriakan, “More .. more ... more” tidak dindahkan Doddy. Aku kembali ke tempat duduk semula barengan Dhyta dan Riri, emak-emak 83, kami berjalan dengan genre GeeR karena siapa tahu ada yang minta tanda tangan.

Acara resmi Smandel Green Festival berakhir disini, sebagai oleh-oleh masing-masing keluarga boleh membawa tanaman hias dalam pot cilik. Kenang-kenangan yang cocok dengan tema kali ini.

Bersama Karris aku tinggalkan Buperta Cibubur lokasi Smandel Green Festival setelah setengah hari disuguhkan acara yang asoy geboy, acungan 2 jempol buat penyelengara Ikatan Alumni Smandel dan Expa Smandel.

Di mobil lagu Smoke on the Water masih terengiang di telingaku sambil membayangkan rocker bertubuh gempal Doddy Katamsi bernyanyi. Jangan tanya berapa bobot mati si rocker, nggak sopan ..... karena orangnya masih hidup yang ada ...... bobot hidup.

Semangkuk Soto Mie

Perjalanan jalan santai berakhir di tepi danau Cibubur, disini anak-anak diajak bermain ular tangga raksasa, menang ataupun kalah mereka diberi kesempatan melepas bibit ikan mas ke dalam danau. Menangkap ikannya cukup sulit karena menggunakan gayung bukan jaring kecil, akibatnya banyak ikan yang mabuk karena diobok-obok.

Green Festival 24 July 2010 by Hari Prabowo
Pink-q Sugiharto, Kalo masih Sayang ya di bawa pulang, jangan di lepas ke danau, atuh neng.!, 25 July at 00:02
Hari Prabowo, malah mau ditelen tadinya, 25 July at 00:04
Ines Indrati, Ya ampuun pake dicium dolo ..wakakak .
.


Acara hiburan belum dimulai, masih pidato-pidatoan yang dilanjutkan dengan penanaman pohon. Sebelum meninjau arena bazar aku menganti kaos terlebih dahulu, panas sih bahannya, kali ini di tempat yang agak tersembunyi, tadi waktu berganti kaos berkerah hijau dekat Ajay dan mobilnya, ustad Daud lewat sambil teriak, “Aurat … aurat …”, sementara Kebo bilang, “Hati-hati …., Ajay suka yang putih-putih”.

Ada 87 booth peserta bazaar, tidak semua berjualan makanan dan barang ada yang sekedar menjadi tempat berkumpul angkatan sambil makan kudapan sampai kambing guling.
Booth yang diisi untuk kegiatan sosial ada juga, contohnya punya angkatanku yang menjual kebab buatan profesor, somay dan tekwan buatan wong kito galo untuk mengisi kas dana sosial, serta makanan ringan oleh ibu-ibu musholah untuk pembangunannya. Aku ikut membantu memasarkannya, termasuk membawa Kepala Sekolah Nanang Gunadi kesini, beliau punya kepedulian sosial yang tinggi loh, buktinya memborong donat dan gorengan untuk pembangunan musholah.

Kalau angkatanku yang menjual makanan lengkap dengan daftar harga, lain lagi dengan adik kelas kami angkatan 82, yang menjual soto mie tanpa mencantumkan harga. Pembuatnya Nana, tukang soto mie betulan yang berlokasi di bilangan Manggarai.

Sehari sebelumnya bada shalat Jumat aku mencoba mampir ke tempatnya, ternyata nggak jualan karena sedang boyongan ke Cibubur. Hari ini lidahku termanjakan dengan rasanya yang mantep tenan.
GF Smandel-Cibubur 24 July'2010 byDaud Haris
Coba tebak berapa harga semangkuk soto mie yang umumnya dibandrol 5 ribu perak ini?. Kita saksikan bersama saat aku membayar kepada sang kasir.
“Rian, soto mienya berapa …?”
“Soto mie ya …, ehm …….. 12 ribu deh!”, menurutku sih masih wajar untuk ukuran bazar, namun Abdul Aziz yang sedang makan soto mie sedikit terkejut dan berkomentar,
“Rian, kok elo bilang ke Chormen harganya 12 ribu ..??? Giliran ke gue harganya 20 ribu”.

Jalan Santai Bersama Monyet

Setelah beberapa kali melepas peserta akupun tergoda untuk mencoba jalur jalan santai yang berjarak 1,4 km bersama Karris, Enny, Djendro dan keluarga. Udara lebih sejuk dan segar dibanding saat survey yang kami lakukan tengah hari. Cahaya matahari yang memaksa menembus rimbunnya hutan wisata menambah eksotika pagi, bisa bikin ngeces!, apalagi sambil menyeruput kopi hangat.
Green Fielday SMA 8 di Buperta by Julianto Soeroso
“Ih, bagus banget pohonnya, mustinya main musiknya di atas pohon ini”, terdengar komentar peserta saat aku tunjukan lokasi musik pohon, kendala teknik yang menyebabkan plan B bicara.

Hampir sepertiga perjalanan ketika anak-anak Radit mengarahkan, “Anak-anak lewat sini, orang tua lewat sana”.
Green Fielday SMA 8 di Buperta by Julianto Soeroso
Di titik ini anak-anak dipisahkan dari orang tua, mereka mengikuti lajur yang dibatasi tali rafia untuk bermainan alang-rintang yang harus dilalui untuk bisa bertemu orang tua mereka di Rumah Kuning. Ada jungkat-jungkit, bergelantungan seperti Tarzan, jembatan goyang, menerobos kawat berduri. Saking serunya ada yang mencobanya berulang-ulang, melihatnya aja seru apalagi yang melakukan. Acaranya bernuansa petualangan, penengnya Expa. Berikutnya mereka membersihkan sampah dengan dibekali kantong plastik berukuran besar. Ayo jangan membuang sampah sembarangan, malu dong sama anak kecil!.
smandel by Antonius Bogelle Adhi



  • Ines Indrati, Ini kaos atawa daster ya mah? .., 25 July at 20:22 · 
    Rosita Tagor, Belum bisa protes, ayuk aja dipakein kaos kebesaran..,25 July at 20:26 · 
    Didot Mpu Diantoro, kedodoran jadinya aku kedodoran ..., 25 July at 21:14 
Rumah Kuning, sarana edukasi lingkungan dengan mentor yang paling dekat dengan anak-anak, siapa lagi kalau bukan orang tua mereka sendiri. Di pos ini Keong, bukan jenis keong racun, Patudi, Ajay, Lia, dkk yang ambil bagian, sementara Kebo, Jubed, Kimung menjaga keamanan.

Tak lama melanjutkan perjalanan kami bertemu dengan ibu berjilbab berjalan sendirian, kalau melihat telapak kakinya yang melekat di tanah bisa dipastikan bahwa beliau manusia sunguhan. Gaya sok akrab keluar untuk berbual dengan ibu Nurul, 68 tahun, seorang ibu Smandelers yang mengikuti bazar, orangnya asyik sehingga tak terasa kami sudah di bibir hutan. Tadi si ibu mempersilahkan kami menyusul, kalau kami turuti bukan jalan santai namanya tetapi jalan kebut-kebutan.

Hutan buatan ini ditata sehingga mirip dengan hutan alami, tidak hanya floranya, fauna berupa primata juga ada, seperti monyet-monyet yang memperhatikan kami berjalan santai.
“Eh, jangan marah! Maksud aku tuh bukan kamu ………, tapi monyet beneran.”

Jalan Santai Smandel Green Festival

Saat mendengar Smandel Green Festival pertama kali mungkin penafsirannya beragam, bisa saja pesta dengan nuansa hijau, nah kalau itu yang terjadi bisa-bisa yang hadir laler hijau alias tentara, smurf hijau, si kodok Kermit, Hulk, Kura-Kura Ninja, dan kawanan raksasa ogre kaumnya Shrek, bahkan tak ayal si penjahat kolor hijaupun ikut hadir. Sekarang sih semua sudah tahu apa yang dimaksud dengan Smandel Green Festival

Dengan semangat 45, karena kangen, aku mendaftar menjadi peserta Jalan Santai yang menjadi acara andalan SGF dengan nomor registrasi 10027. Kalau dihitung aku sudah 2 tahun tidak bercengkarama dengan kawan-kawan lintas angkatan.

Waktu Musyawarah Ikatan Alumni tahun lalu aku nggak bisa datang karena bertepatan dengan final basket antar SMP di SMP Pembangunan Jaya, Bintaro, dan Pentas Seni SMA Tarq di Senayan. Namanya orang tua bahagia banget melihat senyuman putraku ketika tim basketnya juara satu dan kebahagian putriku selepas pengabdian terakhirnya untuk acara pagelaran Tarq yang terkenal yahut itu.
SMANDel Green Festival 2010 - Preparation by Ananda Setiyo Ivannanto
Pagi-pagi banget aku sudah berangkat, menurut maklumat sukarelawan jalan santai musti hadir jam 5:30. Sebagai sukarelawan aku mendapat kaos SGF berkerah hijau berukuran L, masih dengan jenis kemringet, mengantikan kaos SGF tanpa kerah bernomor L. Tapi kok kaosnya sempit banget, untung masih ada sisa 1 kaos berukuran XL di mobil Lia, Sekjen Expi. Bisa ditebak si pembuat kaos memberi ukuran secara random.

Aku bertugas di Rumah Merah bersama Idom Suridom, Konon dkk, sementara Gopang sibuk dengan lawakannya sambil menantikan petugas pengibar bendera start datang. Musisi di atas pohon menghibur dengan suasana cemas, takut ditomplok monyet.
SMANDel Green Festival 2010 - Preparation by Ananda Setiyo Ivannanto
Pukul 07:14 si petugas datang, aku sempat terkejut karena si petugas ternyata Bang Zul, aku memangilnya begitu karena kami satu almamater di IPPM, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Sebelum berangkat peserta Jalan Santai harus meneriakan sandi berupa salah satu dari 8 komitmen kepedulian keluarga besar Smandel terhadap lingkungan. Ada juga yang lupa. Aduh malu-maluin anak Smandel lupa di depan Mentri!.
smandel by Antonius Bogelle Adhiet
Untuk acara ini panitia sudah menyiapkan payung cadangan kalau-kalau bapak Menteri nggak datang, sebagai pengantinya bapak Walikota. Nah, kalau bapak Walikota juga nggak datang mereka sudah menyiapkan bapak Wali Kelas untuk menggantikan.
“Kalau Wali Kelas nggak dateng juga?”.
“Ya, Wali Murid”.
Asal jangan Wali Nikah aja! Atau malah itu yang diharapkan.



Himawan Ahmad to me Jul 28, Men bagaimana cerita waktu gerak jalan Green Festifalnya ? rame ? biasa dong, ceritanya ditunggu banyak orang nih.

Wednesday, July 14, 2010

Kenangan Lintas Pedesaan

Dengan berharap-harap cemas kami menantikan jadi nggaknya acara Lintas Pedesaan yang dibahas  di rumah habib Idrus, ketika positif acara itu bakal dilaksanakan akupun posting di milis angkatan. Antusiasnya luar biasa.
Lintas Pedesaan 1980 by Lucy Schambach

Cerita kenangan Lintas Pedesaan bermunculan termasuk foto LLP yang sebagian aku perlihatkan disini.
from ahimawan09@yahoo.com, Aduuuuuh *** (nama sengaja disamarkan), yang banyak nostalgianya dengan ketua Panitia...............masa lupa ya, ha ha ha ha .
from adjierisbowo@yahoo.com, gw jadi panitia LLP juga..... sama haryo,kibo,emanuel dkk.....tapi bener2 jalan, jadi "tim penyapu".....ampun deh.... hari Senin masuk sekolah kaki rasanya udah gak bisa dipakai jalan lagi......
from haryo.p1@gmail.com, Sekilas Gue masing inget juga jadi panitia sama : adjie, kibo, kusmanto, emanuelle, alm. arif, ardi anwar dkk jalan kaki terus ...sampe jatiwaringin nyebrang sawah2nya yg skarang kompl. cipinang indah nembusin cipinang jaya mampir deh kebon nanas ..ambil mobil biar pulang dari bukit duri kaga musti jalan kaki lagi...uda ketapean si...

Lintas Pedesaan Bekasi - SMA 8, 14 Oktober 1980
Chairuna Awaluddin, 11 February 2010 at 10:22, Gw kaya kalah main judi sampai sepatu naik ke leher ya ...

Begitu kepinginnya ikut Lintas Pedesaan sampai-sampai acara Bansos dan Wish Cool Bandung (22/05/2010) diadakan kuis tentang LLP, pertanyaannya siapa ketua Lomba Lintas Pedesaan?, waktu itu angkatan 81 menjadi penyelengara LLP yang ke-2.
“Eh, gue inget ….. ketuanya Beton” teriak Ratih penuh semangat.
Sudah keceng salah lagi, “Ratih, si Beton itu bukan ketua LLP tapi diah itu pacar elo dulu!”.
“Eh, pacar gue ya?”, jawab Ratih agak kebingungan, maklum pacar diah banyak banget.

Jawaban yang benar, “Heriawan”, dulu diah pacarnya ***. Nggak usah diterusin deh, nanti dikira ngomongin diah lagi, diah lagi!.
Lintas Pedesaan 1980 by Lucy Schambach
Hadi Busono wrote at 18:19 on 20 July 2009, Hebat,masih punya foto2 ini,sayang gw engga ada,karena gw dulu panitia,jadi mondar- mandir,kita dulu ke Bekasi barat lwt kampung,tapi sekarang udah jadi perumahan semua!

Jangan kecewa kalau acara jalan santai di Green Festival (24/07/2010) bukan berjudul Lintas Pedesaan, kini namannya JeEsBeKa. Tapi apapun judulnya kita sukseskan Green Festival dengan acara utama Jalan Santai. Ibarat pribahasa …… nasib sudah menjadi tukang bubur.….. 

Saturday, July 10, 2010

Bang Toyib


Beriringan kami meninggalkan rumah Keong menuju Buperta Cibubur untuk melihat lokasi Jalan Santai. Di depan gerbang Buperta kami berhenti sejenak menunggu mobil yang belum datang, setelah lengkap, Idom Suridom memberi aba-aba maju jalan.

Satu persatu mobil memasuki gerbang, kini giliran mobilku, aku menyebutkan kata sandi, “Bang ***”, sang penjaga tersenyum, tangannya memberi pertanda silahkan masuk. Hore! Aku masuk Buperta nggak bayar.

Setelah memakir mobil kami, anak Expa, berkumpul di bawah pohon rindang untuk mendapatkan pengarahan singkat dari Keong Sukeong lengkap dengan lawakannya. Jujur aja lawakannya dari dulu itu-itu aja tapi kok kita ketawa juga!.

Seorang emak-emak datang menghampiri, “Men, badan elo tambah gemuk aja!”. Sapaan yang bertolak belakang dengan Dita, “Men, elo agak kurusan”. Belakangan aku tahu emak-emak tadi bernama Djuwita yang punya Buperta.

Selepas survey dan shalat dzuhur berjamah, kami berfoto bersama. Anak Expa sudah siap di bawah pohon, sementara anak IA di pinggir danau.
Djuwita berinisiatif, “Gue udah bilang fotonya bagusan disini, eh orang-orang masih disana juga. Elo-elo disini aja biar gue yang panggil mereka kesini”.

Akhirnya kami berfoto bersama di tempat pilihan Djuwita.
“Pake topang dagu dong!”, ajakku.
Kamipun ber-photo session dengan gaya “melamun mikirin utang”.

Nah, membicarakan masalah kata sandi, kamu jangan salah sebut, nanti bukannya gratis tapi harus bayar mahal, apalagi kalau kamu menyebut kata sandi, “Bang Toyib” soalnya  bang Toyib ..... nggak pulang-pulang.

 

Friday, July 9, 2010

Nasi Kebuli hingga Semur Jengkol

Aku nggak hafal kapan kami yang ke rumah Idrus ’80 memenuhi undangan sang habib untuk menikmati nasi kebuli kambing, kuliner yang sungguh menggugah selera, apalagi ditambah kopi jahe pekat, sayang kopinya nggak bisa aku nikmati. Kesananya penuh perjuangan karena pakai acara kesasar segala. Sang habib menawarkan Expa mengadakan LLP (Lomba Lintas Pedesaan) yang didukung oleh Ikatan Alumni kita.

Technical Meeting

Kali ini kami diundang ustad Keong ’84,5 untuk merasakan nasi uduk bikinan bunda Yuyu ditambah kudapan semur jengkol. Branding LLP sudah berubah menjadi JeEsBeKa, branding yang kurang pas, bukankah jalan santai tidak harus bersama keluarga bisa saja bersama teman satu sekolah saat kita dimanjakan oleh LLP, makanya aku lebih suka menyebutnya Jalan Santai saja yang masih titisan LLP.

Keong, sang tuan rumah, memberikan orasinya di depan Expa, Puapala dan G2 (anaknya anggota Expa) sebagai tim sukses Jalan Santai, bisa dilihat bahwa di Expa sudah tidak lagi membicarakan persahabatan antara alumni dengan alumni tetapi persaudaraan antara keluarga dengan keluarga.

Biar afdol kami menuju Buperta tempatnya Jalan Santai. Masuknya gratis termasuk mobil, caranya? Kapan-kapan aku kasih tahu.


Pukul 11:26 kami mulai berjalan mengikuti rute Jalan Santai, nggak perlu memakai sun block karena hutan lindungnya rimbun banget. Di Pos 1, Rumah Merah, peserta menanda-tangani prasasti Go Green, 300 meter kemudian peserta dihibur musisi yang bermain di atas pohon.

Rumah Kuning yang menjadi Pos 2, tempat anak-anak melewati alang-rintang sedang si dewasa beraktifias go green, ada sarana edukasi juga loh di Rumah Kuning.

Pos 3, Rumah Hijau, lebih asyik lagi, ada permainan ular tangga raksasa dengan hadiah melepas ikan ke dalam danau, dan pastinya ada acara menanam pohon, Go Green banget!. Selesai deh jalan santai yang berdurasi 15 menit dan bakal dikomandani oleh Domi ’87 yang bernama lengkap Idom Suridom

Expa narsis.com.... :D

Kudapan dan minuman sudah menanti, namun kudapan kali ini bukan semur jengkol, jangan kecewa ya!.